Laman

Cari Blog Ini

Sabtu, 23 April 2011

Another Space, Mengungkap Sisi Lain sebuah Ruang

Warung Kopi

Starbucks Corporation (NASDAQ: SBUX) adalah sebuah jaringan kedai kopi dari Amerika Serikat yang bermarkas di Seattle, Washington. Starbucks adalah perusahaan kedai kopi terbesar di dunia,[1] dengan 15.012 kedai di 44 negara.[2] Starbucks menjual kopi, minuman panas berbasis espresso, minuman dingin dan panas lainnya, makanan ringan, serta cangkir dan biji kopi. Melalui divisi Starbucks Entertainment dengan merek Hear Music, perusahaan ini juga memasarkan buku, musik, dan film.
Sejak pertama kali dibuka di Seattle, Starbucks tumbuh dengan sangat cepat. Pada tahun 1990-an, Starbucks banyak membuka kedai baru. Pertumbuhan ini terus berlanjut sampai tahun 2000-an. Pada akhir Maret 2008, Starbucks telah memiliki 16.226 kedai, 11.434 di antara berada di Amerika Serikat.
......
Di berbagai tempat di Amerika Serikat sejumlah gerai Starbucks telah menjadi sasaran serangan sejumlah pihak yang berpendapat bahwa perusahaan ini menjadi bagian dari homogenisasi kebudayaan Amerika dan arus globalisasi yang melanda dunia. Bentuk serangan berbeda-beda, dari corat-coret di dinding, penuangan lem pada kunci pintu dan jendela gerai untuk mempersulit orang masuk atau mengotori jendelanya, hingga pemasangan surat pemberitahuan dengan kop surat palsu Starbucks yang isinya mengumumkan dengan penuh penyesalan tentang ditutupnya "ribuan gerai di seluruh dunia."

Guys, di sini saya tidak akan membahas tentang apa itu warung kopi. Tetapi, starbuck bisa mewakili bagaimana warung kopi itu menjadi sangat penting. Menurutku, intinya bukan pada kopinya (walaupun saya maniak kopi). Intinya, pada ritual apa sih yang sering diobrolkan di warung kopi? Atau, seberapa penting warung kopi itu ada?

Nah, pernah gak kita menemukan orang-orang yang berpakaian rapi duduk-duduk seharian di warung kopi? atau ada mas-mas yang pantengin lap top nya nyampe berganti-ganti menu kopi? Ada juga sekelompok orang yang menyusun berkas di samping secangkir kopinya. Warung kopi, identik dengan tongkrongan. Jelasnya, orang bisa duduk berlama-lama di warung kopi. Warung kopi lebih akrab dengan situasi yang anteng, obrolan ringan sampai serius, bahkan transaksi besar pun bisa terjadi di sini.

Dulu, warung kopi identik dengan obrolan rakyat kecil yang ringan, seolah-olah omongan politik yang kadang nyeleneh. Sekarang, seiring dengan warung kopi yang dibuat berpayung dan menunya ala-ala Barat gitu, orang-orang penting pun bisa duduk di warung kopi. Namanya juga jadi kedai kopi. Warung kopi pun menjadi lebih bergengsi seiring brand & pengunjungnya.

Kantin/Kafe
Kafe juga identik dengan anak nongkrong. Tetapi, kafe lebih spesifik sesuai dengan buildingnya. Ada cafe yang franchise dengan nama seperti Pisa Cafe, ada juga yang dibuat atas nama gedung di lingkungan mana cafe itu berada. Uniknya, jenis cafe semakin berjamur dan menunjukkan entitas sosial orang Indonesia. Bagaimana tidak, di cafe bisa kumpul anak-anak muda sampai sebuah keluarga yang lengkap. Jadi, zaman sekarang budaya gotong royong jarang ditemukan di halaman rumah, tetapi di cafe-cafe. Cek aja tetangga kamu, kalau kumpul-kumpul sekarang lebih banyak di cafe. Apalagi sekarang cafe dilengkapi dengan mini market seperti seven eleven. Benar-benar membudaya terutama di golongan anak muda gaul gitu.

Taman
Hmm, di mana ada taman, di situ ada orang pacaran. Benar juga sih. Taman biasa digunakan oleh pasangan muda-mudi, keluarga yang mau ngadem di udara luar, sampai kumpulan komunitas-komunitas tertentu. Sebagai orang yang melek bisnis, taman juga bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pemasaran produk, hhehe. Namun, taman lebih tersegmentasi dari segi waktu. Biasanya, orang-orang lebih senang nongkrong di malam hari. Bedanya taman dulu dengan sekarang adalah kalau dulu taman identik dengan rumput-rumput & gelap gitu, sekarang taman ada yang dibuat berlantai, lampunya temaram, & lebih ramai dengan aktivitas seperti pemusik.

Inti dari pembicaraan di atas adalah dilihat dari segi culture & sisi psikologisnya. Di mana aktivitas manusia modern ini (khususnya di Jakarta) lebih banyak yang memanfaatkan ruang-ruang publik untuk menggunakan keputusan penting. Kenapa bisa begini? Hal ini dikarenakan orang sekarang juga sudah pandai membuat kode-kode atau simbol-simbol komunikasi yang lebih pintar. Misalnya, secara fisik mereka bertemu di taman atau kantin, tetapi inti dari komunikasi mereka dibuat secara simbolisasi. Katakan saja, seorang homo datang ke sebuah tempat makan lesehan di daerah x. Dengan hanya datang & duduk sambil memberi tanda, lawannya akan mengerti jika diajak ke sebuah tempat. Bisa saja, seorang pelaku suap bertransaksi di sebuah meja di kantin, setelah itu dia memberi kode tempat penyimpanan uangnya. Ini hanya kajian sementara, untuk selanjutnya bagaimana cerita ini beralur_kita lihat saja!

Tidak ada komentar: