Apakah marketing itu? sebaik apakah imagenya? siapakah orang-orang marketing itu? apakah peran mereka penting?
Ya, marketing!
Kata-kata ini menjadi kata yang kontroversi. Di satu sisi, marketing menjadi ujung tombak dari banyak perusahaan. bagaimana tidak, dasar dari marketing adalah dagang. Bisnis pertama yang dicontohkan sejak leluhur kita. Isu-isu seputar marketing yang akan dibahas di sini adalah: kaum wanita lebih prospek untuk bidang marketing, wanita-wanita yang bergerak di bidang marketing kesannya “nakal” dan perokok, marketing tak punya gaji pokok, marketing hanya didominasi oleh fresh graduate, marketing lewat online lebih menjanjikan, dan sekaitan dengan marketing_banyak hal yang bisa dibisniskan.
Isu-isu ini memang bukan tragedi. Namun, banyak orang yang secara sadar maupun tidak banyak bergaul dengan dunia marketing. Marketing yang di-anak emaskan sekaligus di-anaktirikan ini menarik untuk diobrak-abrik kajiannya.
Isu pertama adalah kaum wanita lebih prospek untuk bidang marketing
Anggapan ini bisa benar, bisa juga salah. Tetapi, anda jangan salah menghakimi; jual apa dulu? kebanyakan, bidang-bidang retail seperti minimarket menggunakan jasa marketing secara seimbang, karena kaum wanita bisa melayani sementara kaum pria mengangkat beban yang agak berat. Ini memang wajar. Tetapi, untuk konsumsi kaum pria (seperti rokok) biasanya lebih banyak menggunakan jasa wanita (saya sendiri belum tahu pasti alasannya). Satu hal yang menarik, marketing tempat gym atau fitnes menggunakan jasa …. biasanya. Sementara untuk bidang transportasi, kaum pria lebih bisa diterima mengingat medan area yang luas & penuh tantangan seperti keluar pulau.
Isu kedua adalah wanita yang bergerak di bidang marketing kesannya “nakal” dan perokok
Tergantung anda menilai. Saya tidak menyalahkan anda sepenuhnya. Jika nakal itu diidentikkan dengan wanita seksi, ini terlalu naif. Yang nakal itu ukurannya apa? mungkin anda akan berbicara tentang dunia gemerlap. Ini terjadi jika seorang marketer dikejar target & pelariannya adalah clubbing. tetapi, siapa pun & apa pun profesinya bisa melakukan hal ini. Atau, anda menilai seorang marketer mudah stres, bisa saja karena mereka bekerja dengan tantangan. Kebanyakan dari marketing juga dikejar target, tetapi alasan yang konyol jika anda menganggap semua marketer bisa melakukan apa saja demi target (kembali lagi kepada kekuatan pribadi si marketer itu sendiri).
Masih mengenai kesan “nakal”, saya menumpai kasus yang menarik. Sebut saja ini tentang pasar moral. Lucunya, ini ada kaitannya dengan cara si wanita marketer itu berbusana. Mungkin sebagian orang menganggap bahwa rok (terutama rok mini) identik dengan memudahkan si cewek berbuat nakal (tapi apakah sesederhana ini. Lucu juga, dikiranya bisa bebas masuk sembarangan, haha). Namun, jika melihat geliat pasar, wanita yang pakai rok kan jadi kelihatan lebih anggun & tidak maskulin (mungkin ini yang lebih masuk diakal). Terus, dengan mendatangi para direktur atau manager perusahaan bukan berarti si wanita marketing itu datang dengan otak kosong, ia bisa saja penuh pertimbangan, etiika, & strategi. Jadi, anda perlu hati-hati jika mau menilai marketer. Tidak asal melihat dengan gampang. Tidak sedikit dari wanita sekarang ada yang lebih pintar. Mereka lebih sadar bahwa cara-cara pemasaran yang mengandalkan penampilan fisik saja justru akan menghambat fokus mereka terhadap karir. Contoh sederhananya, dengan terjebak pada salah seorang klien yang memberikan penawaran yang menggiurkan, mereka akan kehilangan banyak waktu untuk menemui klien lainnya. Malah, seorang marketer yang pintar, akan segera sadar bahwa dengan bertemu banyak orang lah mereka akan sukses, bukan sekedar memenuhi tuntutan yang menggiurkan dari segelintir orang. Mereka yang pintar akan selalu profesional & menyadari bahwa mereka sedang bekerja, bukan mengobral pribadi mereka.
Kemudian, saya menemukan kasus seperti ini :
“saya sangat benci pada si x karena dia tidak beretika” kata seorang wanita yang mengaku bertemu dengan orang yang mengadakan penawaran di luar kerjanya. lalu, temannya bertanya, “memang kenapa?’
si wanita tadi menjawab, “masa dengan enaknya dia nawar2 saya”
temannya bertanya lagi, “trus, kamu mau?”
“ya enggaklah…”
“bagus dong..”
“ya iyalah, abis dia menawar saya dengan harga yang rendah, coba tinggian dikit…seharga blackberry kek”
Lo? hehehe… aneh-aneh saja. Kasus ini memang unik. Seorang marketer pasti akan menghadapi berbagai macam karakter orang. Sebenarnya, tergantung pada pribadi dia sendiri & bagaimana cara orang lain (terutama kliennya menilainya). Mungkin jika keduanya sepaham, pelecehan itu akan terjadi. Karena bukankah kejahatan itu terjadi karena ada niat si pelakunya saja, tetapi karena kesempatan juga guys.
Mhhm, tentang wanita yang perokok… ini juga sangat relatif. Jika teman anda seorang perokok, tetapi ia bukan marketer itu dipandang biasa saja. Namun, saya belum tahu berapa jumlah marketer yang menjadi perokok di dunia, khususnya di Indonesia. Tetapi satu hal, rokok hanya dekat kaitannya dengan stress. Mungkin, seorang marketer akan merokok dalam situasi stress, karena stressornya tinggi, ia akan selalu merokok & gelarnya pun akan menjadi perokok.
Mengenai isu ketiga, yaitu marketing tak punya gaji pokok…
Ini kasus yang sederhana. Namun, pembagian gaji yang jelas adalah mengambil average dari rata-rata para profesional di Indonesia. Karena jika berbicara mengenai marketing dari segi bisnis, dari mulai penjual gorengan sampai pebisnis hotel tidak punya penghasilan tetap setiap harinya. Kepastian dari statement ini adalah, seorang marketer biasanya akan mendapatkan penghasilan yang layak bahkan memuncak dari apa yang telah diusahakannya (kerja keras & kerja cerdas). Di luar itu, anda adalah menjadi orang yang biasa.
Isu selanjutnya adalah marketing biasanya adalah fresh graduate
Entah mitos atau pengetahuan umum, bahwa seorang marketer biasanya adalah orang-orang yang mempunyai antusias yang tinggi, belum banyak wawasan tentang dunia kerja, & mau bekerja keras. Sebenarnya, inilah tipikal yang dipunyai oleh orang yang baru lulus sekolah atau kuliah. Ini merupakan anggapan yang lebih baik daripada anda hanya sebagai lulusan sma, tetapi tidak mau jadi marketer dengan alasan pekerjaan ini capek. Memang ada pekerjaan yang tidak capek?
Nah, seorang yang punya mimpi besar akan cocok di dunia marketing. Saya tidak mengatakan apa latar belakang pendidikan anda. Tetapi, saya hanya bisa memberikan penegasan, bahwa jika anda ingin tahu banyak tentang dunia luar, tidak ada salahnya anda bekerja di bidang marketing, terutama untuk pengalaman.
Isu tentang marketing online lebih menjanjikan secara kuantitas customer memang sensasi yang luar biasa. Namun, anda tidak bisa menghipnotis orang, dalam arti daya tarik emosinya kurang kuat. Ingat, filososofi marketing adalah hanya 20% dari produk, selebihnya anda akan mengalami kekuatan jika relasi dilakukan secara face to face. Tidak sedikit memang orang yang sukses secara e-commerce. Namun, secara psikologis, direct marketing masih menempati porsi yang aman untuk menarik konsumen. Buktinya, tidak semua hal juga bisa dilakukan secara online. Anda mungkin sedang menawarkan sebuah produk, tetapi tahukah anda jika si pembeli akan merespon saat itu juga? Hal ini perlu dipikirkan.
Isu terakhir adalah sekaitan dengan marketing, semua hal bisa dibisniskan
Saya pernah mendengar tentang orang-orang takut menjalin relasi dengan seorang marketer karena takut dibisniskan. Ini memang ketakutan yang wajar. Namun, semoga ini lebih membuat anda jeli dalam belajar, yaitu belajar memilih orang. Sikap hati-hati itu perlu, namun marketer juga manusia. Mereka punya rasa punya hati (kayak lagu aja). Nah, jangan ambil pusing dengan otak bisnis mereka, karena mereka juga bukan mesin pencari uang!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar