Laman

Cari Blog Ini

Sabtu, 22 Januari 2011

Keluar dari Masalah

"aku tak bisa"
"aku tak berkecukupan"
"aku capek"

kalimat-kalimat itu memberondong setiap kali datang masalah yang dirasakan sulit. kita selalu berfokus pada apa yang dirasakan, tanpa mau keluar dari dalam diri kita. kita kadang terlalu indah memandang dunia di luar sana, sehingga sering terlontar, "seandainya... jika aku menjadi... coba kalau...". marilah kita keluar, tengoklah diri ini dari sisi luar. apa yang terjadi?

kita ditakdirkan untuk hidup bersama ujian. Tuhan tentu punya maksud. manusia diberikan banyak pilihan. pilihan yang tak selalu mudah. pilihan yang selalu mengandung resiko, dari mulai yang terkecil sampai yang terbesar. manusia digariskan untuk memilih, dan harus memilih. karena tak ada yang bebas dari pilihan. pilihan itu selalu punya alasan, dari mulai yang mendasar sampai pada yang tidak mendasar. orang memilih kadang tak disadarinya, namun intuisi dia sedang berperan. dia terasah oleh pengalaman dan keahliannya dalam mengarungi kehidupan. ada orang yang memilih karena tergerak oleh hatinya, ada juga yang memilih karena keuntungan yang dikiranya. menurut intensitas dan kualitas, pilihan itu pula ada yang dibuat secara impulsif (tidak sabaran, spontan, dan tanpa perhitungan). ada juga yang memilih karena aturan yang dianutnya. banyak sekali hal-hal yang dapat mempengaruhi pilihan. pilihan yang seperti harga mati.

walau ke ujung dunia pun, pilihan itu ada bersama resikonya, karena kita makhluk sosial. kita adalah bagian dari aktivitas kehidupan. kita pun tak bisa luput dari makhluk lainnya yang mungkin ganas dan buas. bahkan kita dikatakan bagian dari jagat raya ini, peran energi kebumian banyak berpengaruh. kita dihadapkan pada bencana, perputaran semesta, dan ancaman kiamat. jelas resiko hidup bukan?

pilihan itu banyak diakui oleh ego. ego yang tak mudah terkalahkan. adakalanya orang benar saat bilang, "siapa lagi yang akan menyayangi dan memuji diri kita selain diri sendiri?" saat kita memilih, sebenarnya kita sedang menghidupi diri sendiri. menyayangi, memuji, dan memadu kebersamaan dengan orang lain adalah pilihan. ketika sakit hati ditolak, sebenarnya diri ini bersedih karena tidak akan mendapatkan kepuasan dengan memberi. ini bukan kejahatan, karena diri juga harus mempunyai pertahanan. kita dibatasi oleh pilihan supaya tidak banyak memberi secara asal dan sembarangan. walaupun terkadang untuk memilih pun dihadapkan pada masa-masa yang sulit.

setelah kesulitan, ada kemudahan. setiap orang, hidup dengan keyakinannya. setiap orang, mati dengan apa yang paling diinginkannya. kesulitan, kemudahan, kehidupan, dan kematian adalah irama-irama dari siklus kehidupan. diri ini akan membatasi garis nasibnya dengan alam. tanah, air, api, dan udara bersinergi dengan diri kita. alam akan memberikan umpan yang timbal balik. ketika kita memberikan energi yang positif, maka alam akan memberikan respon yang sama.

mengapa kita menangis setelah memilih? karena lebih dimungkinkan kompleksnya setiap pilihan yang ada. piihan itu tidak selalu sama, bahkan cara menyikapinya pun sangat berbeda-beda. pilihan yang dibuat terkadang sangat kuat, kadang pula mudah rapuh. ketika kita mengambil sebuah pilihan, seperti mengambil sebuah arah jalan. ada rambu-rambunya, ada ancaman kecelakaan, dan ada pula tujuan sebuah pilihan. jika ingin selamat sampai tujuan, berhati-hatilah dalam mengemudikan pilihan. di perjalanan anda akan menemukan berbagai rintangan!

Tidak ada komentar: